RIWAYAT WATU LAYAR DAN ADON AYAM
Sebagaimana telah
diterangkan, Kanjeng Sunan Bonang mempunyai seorang santri yang bernama K. Nagur. Kecuali sebagai santri, K.
Nagur juga bertugas membantu keperluan rumah tangga Kanjeng Sunan.
Pada suatu hari ada sebuah perahu memuat barang dagangan, perahu
tersebut milik Dang Puhawang. Anehnya perahu itu tidak melalui laut sebagaimana
kebiasaan, tetapi berjalan melalui udara, lewat
di atas Kebo Masnya Kanjeng Sunan Bonang. Tanpa diduga, perahu tersebut
berhenti tidak dapat berjalan, sebab melintasi seekor Kebo Masnya Sunan Bonang
yang sedang jerum di laut. Juragan Dang Puhawang merasa heran, mengapa perahu
yang ditumpagi tidak bisa berjalan. Atas kejadian tersebut oleh Sang Juragan lalu
ditayakan kepada juru mudi ialah yang
bernama Brajak Ngilo.
Oleh Brajak Ngilo hal itu dilaporkan kepada Dang Puhawang. Karena
kemarahan Dang Puhawang, Kerbau Mas tersebut
disabda dan masuk ke dalam air laut yang dalam. Seperti kebiasaan Kebo Mas milik Sunan Bonang pulang tanpa ada
yang mengawal, tetapi sore itu kerbau itu tidak kelihatan pulang. Maka K. Nagur
pergi ke laut untuk mencari kerbau tersebut dan kedapatan bahwa kerbaunya masuk
ke dalam air laut yang dalam. Setelah Sunan Bonang mendengar laporan K. Nagur serta mengetahui bahwa ini perbuatan Dang
Puhawang, maka oleh Sunan Bonang perahu milik Dang Puhawang itu disabda dan
perahu itu terjungkir.
Layar perahu tersebut jatuh di Bonang menjadi batu yang sekarang
menjadi Watu Layar, perahunya jatuh di sebelah selatan kota Lasem. Dang Puhawang
lari menghilang. Brajak Ngilo datang
ingin mengadu kasaktian dengan Sunan Bonang. Brajak Ngilo mengajak Sunan Bonang untuk menyabung ayam. Brajak Ngilo
membawa seekor ayam yang terbuat dari kayu, maka untuk mengatasinya Sunan
Bonang membuat seekor ayam terbuat dari tatah. Akhirnya ayam Sunan Bonang dapat
mengalahkan ayamnya Brajak Ngilo. Tempat yang digunakan untuk mengadu itulah
yang nantinya disebut Adon Ayam.
0 komentar :
Posting Komentar