Masjid Sunan Bonang
Masjid yang didirikan oleh Sunan Bonang di Desa Bonang Kec. Lasem hanya dalam waktu satu malam.
Ndalem Kanjeng Sunan Bonang
Ndalem dan tempat Kanjeng Sunan Bonang dimakamkan.
Pasujudan Sunan Bonang
Pasujudan Sunan Bonang adalah tempat favorit Sunan Bonang untuk bermunajat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Acara Bende Becak
Bende Becak adalah salah satu alat yang digunakan Sunan Bonang untuk berdakwah menyebarkan agama Islam.
Suasana Haul Sunan Bonang
Suasana Haul Sunan Bonang di Pesarean Sunan Bonang.
Kisah Nyata: Mayat Membaca Al Quran di Dalam Kubur
Kisah ada mayat membaca Al Quran di dalam kubur ini adalah benar benar sebuah kisah nyata yang terjadi di pekuburan Haji di Arab Saudi.
Kisah ini diceritakan oleh pelajar-pelajar yang menimba Ilmu di Arab Saudi dan dibenarkan oleh Ustadz Halim Naser seorang peneliti Muslim.
Kisah ini terjadi di Ma’la, tempat pengebumian para jemaah haji yang meninggal dunia di Mekah. Setiap jamaah haji yang meninggal akan dimakamkan disini dan setiap delapan bulan makam makam tadi akan digali kembali untuk para jamaah Haji yang meninggal.
Nah suatu hari ada sebuah makam yang digali kembali untuk memakamkan salah satu jenazah jamaah Haji yang meninggal dunia. Ketika lubang kubur ini digali lagi apa yang terjadi orang orang penggali kubur tadi terkejut dan meloncat dari dalam lubang kubur tadi, nah tahukah kamu apa yang pengali kubur tadi lihat, ternyata ada sebuah mayat yang sedang membaca Al Quran.
Orang yang ada disekitar makam pun penasaran dan memastikan kondisi mayat tadi ternyata setelah dilihat mereka melihat ada mayat sedang bersila dan mayat tersebut sedang membaca Al Quran.
Seterusnya. Ayat Quran yang terbuka ialah Surah Yasin. Satu lagi perkara ialah mayat tersebut tidak hancur dan kain kafan yang membalutinya juga tetap utuh. Yang yang tidak ada hanyalah kapas yang diletakkan di antara mayat dengan kain kafan (kain ihram).
Setelah diselidiki siapa mayat yang di dalam kubur yang membaca Quran ini ternyata ia adalah orang kulit hitam yang bekerja membersihkan Baitullah dari tumpahan air zam-zam. Dan ketika perkerjaannya sudah selesai dari membersihkan Baitullah dari tumpahan air zam-zam, dia akan duduk di satu sudut Baitullah dan membaca Surah Yasin.
Ini merupakan bukti kebesaran Allah kepada siapa saja yang mengabdikan dirinya untuk berbakti ke jalan Allah.
Oleh Ustadz Halim Naser seorang peneliti Muslim
Sumber : palingseru.com
Kisah ini diceritakan oleh pelajar-pelajar yang menimba Ilmu di Arab Saudi dan dibenarkan oleh Ustadz Halim Naser seorang peneliti Muslim.
Kisah ini terjadi di Ma’la, tempat pengebumian para jemaah haji yang meninggal dunia di Mekah. Setiap jamaah haji yang meninggal akan dimakamkan disini dan setiap delapan bulan makam makam tadi akan digali kembali untuk para jamaah Haji yang meninggal.
Nah suatu hari ada sebuah makam yang digali kembali untuk memakamkan salah satu jenazah jamaah Haji yang meninggal dunia. Ketika lubang kubur ini digali lagi apa yang terjadi orang orang penggali kubur tadi terkejut dan meloncat dari dalam lubang kubur tadi, nah tahukah kamu apa yang pengali kubur tadi lihat, ternyata ada sebuah mayat yang sedang membaca Al Quran.
Orang yang ada disekitar makam pun penasaran dan memastikan kondisi mayat tadi ternyata setelah dilihat mereka melihat ada mayat sedang bersila dan mayat tersebut sedang membaca Al Quran.
Seterusnya. Ayat Quran yang terbuka ialah Surah Yasin. Satu lagi perkara ialah mayat tersebut tidak hancur dan kain kafan yang membalutinya juga tetap utuh. Yang yang tidak ada hanyalah kapas yang diletakkan di antara mayat dengan kain kafan (kain ihram).
Setelah diselidiki siapa mayat yang di dalam kubur yang membaca Quran ini ternyata ia adalah orang kulit hitam yang bekerja membersihkan Baitullah dari tumpahan air zam-zam. Dan ketika perkerjaannya sudah selesai dari membersihkan Baitullah dari tumpahan air zam-zam, dia akan duduk di satu sudut Baitullah dan membaca Surah Yasin.
Ini merupakan bukti kebesaran Allah kepada siapa saja yang mengabdikan dirinya untuk berbakti ke jalan Allah.
Oleh Ustadz Halim Naser seorang peneliti Muslim
Sumber : palingseru.com
Ketika Nabi Menunda Orang Masuk Islam
Satu lagi peristiwa mencengangkan ditunjukkan Rasulullah pada saat penaklukan kota Makkah. Kota Suci dikuasai umat Islam. Lawan perang benar-benar tak berkutik. Tapi, Nabi Muhammad memang punya cara-cara tersendiri dalam menghadapi mantan musuh-musuhnya.
Tak ada darah menetes di dalam ataupun sekitar Masjidil Haram. Penghancuran patung berhala di sekeliling Ka’bah pun dilakukan atas permintaan penduduk Makkah. Sejak awal, Nabi mewanti-wanti berbagai bentuk kekerasan dan perusakan karena musuh tidak lagi menyerang.
Sikap anti-pemaksaan justru mengantarakan peristiwa Fathul Makkah pada kemenangan yang kian gemilang. Musyrikin Quraisy berbondong-bondong memeluk Islam, terutama setelah pemimpin tertinggi mereka, Abu Sofyan berikut keluarganya secara suka rela mengucapkan dua kalimat syahadat.
Hanya saja, kesadaran tauhid tidak selalu berlangsung segera. Seorang panglima Quraisy bernama Shofwan bin Umayyah sempat berketetapan masuk Islam tapi urung. Dia membutuhkan beberapa waktu untuk membulatkan niatnya itu.
“Berilah saya waktu seminggu untuk berpikir, apakah saya harus masuk Islam atau tidak,” kata Shofwan kepada Nabi.
“Jangan seminggu,” sergah Nabi.
Shofwan kaget dan bertanya, “Apakah itu terlalu lama?”
“Tidak,” Rasulullah menyahut, “Terlalu singkat. Kuberi kau waktu selama dua bulan. Apakah akan mengucapkan syahadat atau tidak. Pikirkanlah masak-masak sebab Islam adalah agama bagi orang-orang berakal dan menggunakan akalnya untuk berpikir. Tiada agama bagi orang yang tak memiliki akal.” (Mahbib)
Tak ada darah menetes di dalam ataupun sekitar Masjidil Haram. Penghancuran patung berhala di sekeliling Ka’bah pun dilakukan atas permintaan penduduk Makkah. Sejak awal, Nabi mewanti-wanti berbagai bentuk kekerasan dan perusakan karena musuh tidak lagi menyerang.
Sikap anti-pemaksaan justru mengantarakan peristiwa Fathul Makkah pada kemenangan yang kian gemilang. Musyrikin Quraisy berbondong-bondong memeluk Islam, terutama setelah pemimpin tertinggi mereka, Abu Sofyan berikut keluarganya secara suka rela mengucapkan dua kalimat syahadat.
Hanya saja, kesadaran tauhid tidak selalu berlangsung segera. Seorang panglima Quraisy bernama Shofwan bin Umayyah sempat berketetapan masuk Islam tapi urung. Dia membutuhkan beberapa waktu untuk membulatkan niatnya itu.
“Berilah saya waktu seminggu untuk berpikir, apakah saya harus masuk Islam atau tidak,” kata Shofwan kepada Nabi.
“Jangan seminggu,” sergah Nabi.
Shofwan kaget dan bertanya, “Apakah itu terlalu lama?”
“Tidak,” Rasulullah menyahut, “Terlalu singkat. Kuberi kau waktu selama dua bulan. Apakah akan mengucapkan syahadat atau tidak. Pikirkanlah masak-masak sebab Islam adalah agama bagi orang-orang berakal dan menggunakan akalnya untuk berpikir. Tiada agama bagi orang yang tak memiliki akal.” (Mahbib)
Cinta Imam al-Ghazali untuk Lalat
Jika disebutkan nama Imam al-Ghazali maka gambaran yang muncul adalah sosok ulama abad pertengahan dengan reputasi kealiman yang tak diragukan. Ia termasuk cendekiawan muslim yang komplet.
Wawasannya tak berhenti pada soal teks agama. Tokoh bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'I ini menguasai disiplin filsafat dan menaruh prioritas pada olah rohani sebagai seorang sufi yang taat.
Para kritikus al-Ghazali bisa saja berseberangan dengan beberapa pikirannya. Namun, mereka tak mungkin membantah kepribadian hujjatul islam ini yang zuhud, wara’, serta amat tekun menjalankan ibadah.
Kesungguhannya dalam beribadah tampak pula pada beberapa karyanya yang sarat anjuran melaksanakan amalan-amalan tertentu sebagai sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan pengabdian tulus seorang hamba. Kitab tasawuf dasar,Bidayatul Hidayah, yang dikarangnya pun mengungkapkan kenyataan ini.
Hanya saja, terselip kisah unik di balik totalitas Imam al-Ghazali dalam beragama pasca-kewafatannya. Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad menulis cerita seseorang yang berjumpa Imam al-Ghazali dalam sebuah mimpi. “Bagaimana Allah memperlakukanmu?” tanya orang tersebut.
Imam al-Ghazali mengisahkan bahwa di hadapan Allah ia ditanya tentang bekal apa yang ia serahkan untuk-Nya. Al-Ghazali pun menimpali dengan menyebut satu per satu seluruh prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia.
“Aku (Allah) menolak itu semua!” ternyata Allah menampik berbagai amalan Imam al-Ghazali kecuali satu kebaikannya ketika bertemu dengan seekor lalat.
Saat itu Imam al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab hingga seekor lalat mengusiknya barang sejenak. Lalat “usil” ini haus dan tinta di depan mata menjadi sasaran minumnya. Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.
“Masuklah bersama hamba-Ku ke sorga,” kata Allah kepada Imam al-Ghazali dalam kisah mimpi itu.
Hikayat ini mengandung pesan tentang betapa dahsyatnya pengaruh hati yang sanggup mengalahkan egoisme kepentingan diri sendiri. Kasih sayang Imam al-Ghazali yang luas, bahkan kepada seekor lalat pun, membawa tokoh dengan jutaan pengikut ini pada kemuliaan
Peristiwa ini secara samar menampar sebagian kalangan yang kerap membanggakan capaian-capaian keberagamaannya. Karena ternyata penilaian ibadah manusia sepenuhnya milik-Nya, bukan milik manusia. Tak ada ruang bagi manusia menghakimi kualitas diri sendiri ataupun orang lain. Segenap prestasi ibadah dan kebenaran agama yang disombongkan bisa jadi justru berbuah kenistaan.
Imam al-Ghazali sesungguhnya hanya mempraktikkan apa yang diteladankan dan diperintahkan Nabi, “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama’. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” (Mahbib)
Wawasannya tak berhenti pada soal teks agama. Tokoh bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'I ini menguasai disiplin filsafat dan menaruh prioritas pada olah rohani sebagai seorang sufi yang taat.
Para kritikus al-Ghazali bisa saja berseberangan dengan beberapa pikirannya. Namun, mereka tak mungkin membantah kepribadian hujjatul islam ini yang zuhud, wara’, serta amat tekun menjalankan ibadah.
Kesungguhannya dalam beribadah tampak pula pada beberapa karyanya yang sarat anjuran melaksanakan amalan-amalan tertentu sebagai sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan pengabdian tulus seorang hamba. Kitab tasawuf dasar,Bidayatul Hidayah, yang dikarangnya pun mengungkapkan kenyataan ini.
Hanya saja, terselip kisah unik di balik totalitas Imam al-Ghazali dalam beragama pasca-kewafatannya. Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad menulis cerita seseorang yang berjumpa Imam al-Ghazali dalam sebuah mimpi. “Bagaimana Allah memperlakukanmu?” tanya orang tersebut.
Imam al-Ghazali mengisahkan bahwa di hadapan Allah ia ditanya tentang bekal apa yang ia serahkan untuk-Nya. Al-Ghazali pun menimpali dengan menyebut satu per satu seluruh prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia.
“Aku (Allah) menolak itu semua!” ternyata Allah menampik berbagai amalan Imam al-Ghazali kecuali satu kebaikannya ketika bertemu dengan seekor lalat.
Saat itu Imam al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab hingga seekor lalat mengusiknya barang sejenak. Lalat “usil” ini haus dan tinta di depan mata menjadi sasaran minumnya. Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.
“Masuklah bersama hamba-Ku ke sorga,” kata Allah kepada Imam al-Ghazali dalam kisah mimpi itu.
Hikayat ini mengandung pesan tentang betapa dahsyatnya pengaruh hati yang sanggup mengalahkan egoisme kepentingan diri sendiri. Kasih sayang Imam al-Ghazali yang luas, bahkan kepada seekor lalat pun, membawa tokoh dengan jutaan pengikut ini pada kemuliaan
Peristiwa ini secara samar menampar sebagian kalangan yang kerap membanggakan capaian-capaian keberagamaannya. Karena ternyata penilaian ibadah manusia sepenuhnya milik-Nya, bukan milik manusia. Tak ada ruang bagi manusia menghakimi kualitas diri sendiri ataupun orang lain. Segenap prestasi ibadah dan kebenaran agama yang disombongkan bisa jadi justru berbuah kenistaan.
Imam al-Ghazali sesungguhnya hanya mempraktikkan apa yang diteladankan dan diperintahkan Nabi, “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama’. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” (Mahbib)
TRADISI REBO WEKASAN
TRADISI REBO WEKASAN
(Rabu Terakhir bulan Safar)
Dalam kitab Al-Jawahir al-Khoms, Syech Kamil Fariduddin as-Syukarjanji dihalaman ke 5, disebutkan pada tiap tahun hari rabu terakhir di bulan Safar, Allah akan menurukan 320.000 bala bencana ke muka bumi. Hari itu akan menjadi hari-hari yang paling sulit diantara hari-hari dalam satu tahun.
Dalam kitab tersebut, disunahkan kita untuk mendirikan Shalat pada hari tersebut sebanyak 4 rakaat dimana tiap rakaatnya membaca surat alfatihah, dan surat al-kautsar 17 kali, kemudian al-ikhlas 4 kali, surat alfalaq dan an-nass masing-masing satu kali.
Dalam bukunya “Kanzun Najah was- Surur fi Fadail al-Azmina wasy-Syuhur“, Syech Abdul Hamid al-Quds, Imam Besar Masjidil Haram mengatakan,
“Banyak Awliya Allah yang mempunyai Pengetahuan Spiritual telah menandai bahwa setiap tahun, 320 ribu penderitaan (Baliyyat) jatuh ke bumi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.” Hari ini dianggap sebagai hari yang sangat berat dibandingkan hari-hari lain sepanjang tahun.
Beberapa ulama mengatakan bahwa ayat Alquran, “Yawma Nahsin Mustamir” yakni “Hari berlanjutnya pertanda buruk” merujuk pada hari ini.
Nah, Dalam budaya Jawa (kekhalifahan/kerajaan mataram Islam) tradisi rabu terakhir bulan safar ini di akomodir dalam tradisi Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan.
Berbagai macam aktivitas islami hadir dalam tradisi rebo wekasan di masyarakat jawa, dari mulai berkumpul untuk tahlilan (zikir bersama), berbagi makanan baik dalam bentuk gunungan maupun selamatan, sampai sholat sunnah lidaf’il balaa bersama.
Shalat sunnah memohon ampun dari bala bencana (lidaf’il balaa) selalu dilakukan oleh pengikut Jamiyyah Nahdlatul Ulama di Indonesia dan dunia. Walau dalam khasanah pemikiran NU sendiri shalat ini diterima dengan baik dan memodifikasi/meluruskan ajaran islam-kejawen yang memelencengkannya menjadi Sholat Rebo Wekasan.
KH. Hasyim Asy’arie pendiri NU juga pernah berfatwa, tidak boleh mengajak atau melakukan sholat Rebo wekasan karena hal itu tidak ada syariatnya. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) berfatwa kalau dikampung-kampung masih ada orang yang menjalankan sholat rebo wekasan, ya niatnya saja yang harus diubah. Jangan niat sholat Rebo wekasan, tapi niat sholat sunat mutlak gitu saja, atau niat sholat hajat walau hajatnya minta dijauhkan dari bala’, pokoknya jangan niat sholat Rebo wekasan karena memang nggak ada dasarnya.
Dan kepada mereka yang jadi panutan masyarakat harus menjelaskan soal ini.” Shalat sunnah lidaf’il balaa ini tak harus dilakukan di hari rabu terakhir bulan safar, tapi dimana kala ketika kita merasa firasat buruk akan adanya bala bencana. Wallahua'lam..
Semoga bermanfaat..
Baarakallah fiikum..
(Rabu Terakhir bulan Safar)
Dalam kitab Al-Jawahir al-Khoms, Syech Kamil Fariduddin as-Syukarjanji dihalaman ke 5, disebutkan pada tiap tahun hari rabu terakhir di bulan Safar, Allah akan menurukan 320.000 bala bencana ke muka bumi. Hari itu akan menjadi hari-hari yang paling sulit diantara hari-hari dalam satu tahun.
Dalam kitab tersebut, disunahkan kita untuk mendirikan Shalat pada hari tersebut sebanyak 4 rakaat dimana tiap rakaatnya membaca surat alfatihah, dan surat al-kautsar 17 kali, kemudian al-ikhlas 4 kali, surat alfalaq dan an-nass masing-masing satu kali.
Dalam bukunya “Kanzun Najah was- Surur fi Fadail al-Azmina wasy-Syuhur“, Syech Abdul Hamid al-Quds, Imam Besar Masjidil Haram mengatakan,
“Banyak Awliya Allah yang mempunyai Pengetahuan Spiritual telah menandai bahwa setiap tahun, 320 ribu penderitaan (Baliyyat) jatuh ke bumi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.” Hari ini dianggap sebagai hari yang sangat berat dibandingkan hari-hari lain sepanjang tahun.
Beberapa ulama mengatakan bahwa ayat Alquran, “Yawma Nahsin Mustamir” yakni “Hari berlanjutnya pertanda buruk” merujuk pada hari ini.
Nah, Dalam budaya Jawa (kekhalifahan/kerajaan mataram Islam) tradisi rabu terakhir bulan safar ini di akomodir dalam tradisi Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan.
Berbagai macam aktivitas islami hadir dalam tradisi rebo wekasan di masyarakat jawa, dari mulai berkumpul untuk tahlilan (zikir bersama), berbagi makanan baik dalam bentuk gunungan maupun selamatan, sampai sholat sunnah lidaf’il balaa bersama.
Shalat sunnah memohon ampun dari bala bencana (lidaf’il balaa) selalu dilakukan oleh pengikut Jamiyyah Nahdlatul Ulama di Indonesia dan dunia. Walau dalam khasanah pemikiran NU sendiri shalat ini diterima dengan baik dan memodifikasi/meluruskan ajaran islam-kejawen yang memelencengkannya menjadi Sholat Rebo Wekasan.
KH. Hasyim Asy’arie pendiri NU juga pernah berfatwa, tidak boleh mengajak atau melakukan sholat Rebo wekasan karena hal itu tidak ada syariatnya. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) berfatwa kalau dikampung-kampung masih ada orang yang menjalankan sholat rebo wekasan, ya niatnya saja yang harus diubah. Jangan niat sholat Rebo wekasan, tapi niat sholat sunat mutlak gitu saja, atau niat sholat hajat walau hajatnya minta dijauhkan dari bala’, pokoknya jangan niat sholat Rebo wekasan karena memang nggak ada dasarnya.
Dan kepada mereka yang jadi panutan masyarakat harus menjelaskan soal ini.” Shalat sunnah lidaf’il balaa ini tak harus dilakukan di hari rabu terakhir bulan safar, tapi dimana kala ketika kita merasa firasat buruk akan adanya bala bencana. Wallahua'lam..
Semoga bermanfaat..
Baarakallah fiikum..
Habib Salim Al Haddar
Download MP3 Al-Qur'an Abdullah Al-Mattrod
001 - Al-Fatihah Download
002 - Al-Baqarah Download
004 - An-Nisa' Download
005 - Al-Ma'idah Download
006 - Al-An'am Download
007 - Al-A'raf Download
008 - Al-Anfal Download
009 - At-Taubah Download
010 - Yunus Download
011 - Hud Download
012 - Yusuf Download
013 - Ar-Ra'd Download
014 - Ibrahim Download
015 - Al-Hijr Download
016 - An-Nahl Download
017 - Al-Isra Download
018 - Al-Kahfi Download
019 - Maryam Download
020 - TaHa Download
021 - Al-Anbiya' Download
022 - Al-Hajj Download
023 - Al-Mu'minun Download
024 - An-Nur Download
025 - Al-Furqan Download
026 - Ash-Shu'ara' Download
027 - An-Naml Download
028 - Al-Qasas Download
029 - Al-'Ankabut Download
030 - Ar-Rum Download
031 - Luqman Download
032 - As-Sajdah Download
033 - Al-Ahzab Download
034 - Saba' Download
035 - Fatir Download
036 - Ya-Sin Download
037 - As-Saffat Download
038 - Sad Download
039 - Az-Zumar Download
040 - Al Mu'min Download
041 - Fussilat Download
042 - Ash-Shura Download
043 - Az-Zukhruf Download
044 - Ad-Dukhan Download
045 - Al-Jathiya Download
046 - Al-Ahqaf Download
047 - Muhammad Download
048 - Al-Fath Download
049 - Al-Hujurat Download
050 - Qaf Download
051 - Az-Zariyat Download
052 - At-Tur Download
053 - An-Najm Download
054 - Al-Qamar Download
055 - Ar-Rahman Download
056 - Al-Waqi'ah Download
057 - Al-Hadid Download
058 - Al-Mujadilah Download
059 - Al-Hashr Download
060 - Al-Mumtahinah Download
061 - As-Saff Download
062 - Al-Jumu'ah Download
063 - Al-Munafiqun Download
064 - At-Taghabun Download
065 - At-Talaq Download
066 - At-Tahrim Download
067 - Al-Mulk Download
068 - Al-Qalam Download
069 - Al-Haqqah Download
070 - Al-Ma'arij Download
071 - Nuh Download
072 - Al-Jinn Download
073 - Al-Muzzammil Download
074 - Al-Muddaththir Download
075 - Al-Qiyamah Download
076 - Al-Insan Download
077 - Al-Mursalat Download
078 - An-Naba' Download
079 - An-Nazi'at Download
080 - 'Abasa Download
081 - At-Takwir Download
082 - Al-Infitar Download
083 - Al-Mutaffifin Download
084 - Al-Inshiqaq Download
085 - Al-Buruj Download
086 - At-Tariq Download
087 - Al-A'la Download
088 - Al-Ghashiyah Download
089 - Al-Fajr Download
090 - Al-Balad Download
091 - Ash-Shams Download
092 - Al-Lail Download
093 - Ad-Duha Download
094 - Ash-Sharh Download
095 - At-Tin Download
096 - Al-'Alaq Download
097 - Al-Qadr Download
098 - Al-Baiyinah Download
099 - Az-Zalzalah Download
100 - Al-'Adiyat Download
101 - Al-Qari'ah Download
102 - At-Takathur Download
103 - Al-'Asr Download
104 - Al-Humazah Download
105 - Al-Fil Download
106 - Quraish Download
107 - Al-Ma'un Download
108 - Al-Kautsar Download
109 - Al-Kafirun Download
110 - An-Nasr Download
111 - Al-Lahab Download
112 - Al-Ikhlash Download
113 - Al-Falaq Download
114 - An-Nas Download
NB : JIKA ADA LINK YANG MATI, MOHON UNTUK SEGERA DILAPORKAN, TERIMA KASIH DAN SEMOGA BERMANFAAT.